Pengabdi Setan (2017) : Film Horor Lokal Fenomenal, Rasa Luar
Sekarang
kita sudah memasuki bulan April pada tahun 2018. Sudah ada film horor lagi yang
dilepaskan ke bioskop tanah air salah satunya adalah Danur 2 (2018). Namun ditahun lalu selain Danur (2017) terdapat film yang sangat fenomenal menggebrak dunia
horor Indonesia. Masih ingatkah kalian tentang film horor Remake tahun 1980 dengan judul yang sama yaitu Pengabdi Setan?. Film horor Pengabdi
Setan (2017) garapan sutradara Joko Anwar ini tentunya sangat layak
ditonton dan mungkin masih memberikan kalian ingatan seram tentang sosok hantu
ibu yang dalam film tersebut identik dengan gemerincing lonceng kecil
ditangannya. Film tersebut mampu menyedot banyak penonton hingga
digadang-gadang menjadi salah satu film horor terbaik Indonesia. Tidak
main-main karena kurang dari 10 hari pasca penayangan perdananya tanggal 28
September 2017 lalu, film ini mampu meraih 1 juta penonton. Sangat fantastis.
Film
Pengabdi Setan garapan Joko Anwar ini sukses meraih beberapa penghargaan dalam
ajang Indonesian Box Office Movie Awards (IBOMA) 2018. Empat penghargaan
berhasil diraih dalam ajang tersebut. Pendatang Baru Terbaik diraih oleh aktor
cilik M Adhiyat. Dia adalah pemeran Ian dalam film tersebut. Aktingnya dalam
film ini memang sangat mencuri perhatian banyak orang. Karakter yang
dimainkannya pun bukan karakter sampingan. Dia memegang kunci dalam plot yang
disajikan di film ini. Penghargaan kedua adalah Pemeran Pendukung Wanita Terbaik
yang jatuh kepada sang hantu ibu, Ayu Laksmi. Dua penghargaan terakhir adalah
Trailer Film Terbaik dan Original Soundtrack Film Terbaik karena lagu dari duo
The Spouse " Kelam Malam" ternyata sukses memberikan nuansa era 80an.
Latar
seting film memukau dengan segala pernak-pernik era 80an. Kalian akan menemukan
seperangkat alat pemutar musik dengan piringan hitam, radio jaman dulu hingga
mobil mini van. Piring yang terbuat dari seng bermotif bunga ditengahnya juga
menambah kesan yang dalam bahwa film ini menyajikan seting era lampau.
Pemilihan rumah yang dijadikan latar inti cerita juga sangatlah memorable. Bangunan gaya belanda dengan
sumur yang ada di dalam rumah menambah kesan horor bagi kalian khususnya yang
saat ini atau dahulu pernah menempati jenis rumah seperti itu. Berbicara latar
film horor yang bergaya lampau, tentunya kita akan menemuinya pada film horor The Conjuring (2013).
Bagi penulis
sendiri, film yang bergaya lampau seperti ini menambah cita rasa tersendiri
terhadap kualitas penyajian latar film. Tentu tidak mudah untuk mencari dan
menemukan benda jadul yang masih
berfungsi dan memiliki kondisi fisik yang mulus. Joko Anwar berhasil
menghadirkan horor yang tak melulu mengekspos tentang keindahan tubuh para
pemainnya. Dengan mempersiapkan segala perlengkapan properti film dengan detail
sesuai setingnya yaitu era 80an.
Musik
latar berupa lengkingan biola dalam tempo cepat masih sanggup memompa
adrenalin. Bila kalian pecinta film horor terlebih karya James Wan, pastinya
akan sangat familiar. Biasanya ketika musik latar tersebut mulai muncul,
beberapa penonton secara alamiah mulai mengeryitkan mata mereka dan bersiap
untuk hal yang tak terduga. Teknik seperti ini juga lazim disebut jumpscare. Hal tersebut jamak ditemui
pada film horor populer macam Insidious. Seakan
untuk sekarang ini, suara biola melengking bertempo cepat sudah menjadi ciri
khas dari musik latar film horor. Selain unsur biola, unsur lainnya seperti mantra
misterius yang ditemukan oleh Rini anak pertama keluarga pada saat memutar
piringan hitam yang berisi kumpulan lagu milik ibunya menambah cita rasa budaya
Indonesia. Ternyata mantra tersebut merupakan syair berbahasa bali. Hal
tersebut disampaikan oleh sang pemeran hantu ibu yaitu Ayu Laksmi pada acara comedy talkshow di salah satu stasiun tv
swasta. Musik tema dari film ini juga telah mendapatkan penghargaan dari IBOMA
sebagai Original Soundtrack Film Terbaik.
Lemahnya
para tokoh agama di film horor. Salah satu hal yang menjadikan film ini tidak
jauh berbeda dengan film horor luar negeri adalah penggambaran tentang tokoh
agama yang lemah dihadapan para hantu. Atau bahasa epicnya gampang matek atau mudah mati. Efek yang dihasilkan dari
penggambaran tersebut adalah membuat film horor semakin horor. Klimaks cerita dalam
film menjadi sulit untuk ditebak. Sebagai gambarannya, masihkah kalian ingat
tentang akhir cerita yang terdapat dalam film-film horor Indonesia era Suzana
dkk?. Dalam peridode tersebut, film horor Indonesia selalu menggambarkan bahwa
hantu atau setan seberapa pun hebatnya akan kalah dengan sosok pak ustad dalam
sudut pandang agama islam. Sangat mudah ditebak bahwa sekuat apapun setannya,
pasti akan kalah dengan kekuatan pak ustad. Kalau bahasa game nya sih, karakter
pak ustad itu terlalu imba. Setan terbakar,
film berkahir. Berbeda halnya pada film horor semacam Annabelle, para tokoh agama ini digambarkan sebaliknya, lemah dan
mudah sekali menjadi korban pembunuhan dari si setan. Yang paling mengerikan
dan mungkin penulis sulit membayangkan hal serupa terjadi di dunia nyata adalah
adegan salib dan robekan injil yang sama sekali tidak berpengaruh kepada sosok
iblis atau setan pada film Annabelle
Creation (2017). Terlebih pada film Annabelle
Creation (2017), iblis semakin brutal dan seakan berusaha menunjukkan
kepada kita bahwa kekuatannya sangat hebat melalui serangkaian kejadian
mengerikan seperti memenggal antara bagian perut ke bawah dan menyalibkan
bagian perut keatas di dinding tembok. Sangat-sangat mengerikan, namun
mengakibatkan akhir cerita sulit ditebak.
Membuat
cita rasa horor semakin kuat. Begitulah penggambaran tokoh agama pada film
horor luar Indonesia. Hal ini yang coba diadaptasi oleh film remake Pengabdi Setan (2017), kengerian
iblin digambarkan pertama kali pada saat nenek dari Rini yang diperankan oleh
Tara Basro meninggal di dalam sumur. Teror selanjutnya berlanjut hingga anak
pak ustad kecelakan secara misterius saat kembali dari kota menemui teman
nenek, Budiman. Dan terakhir adalah pak ustad mati tanpa perlawanan yang
berarti. Jadi di film Pengabdi Setan (2017),
Joko Anwar seakan ingin menggambarkan dengan jelas bahwa setan-setan atau
iblis-iblis ini memiliki kekuatan yang besar dan tak terbendung. Sebuah angin
segar bagi dunia horor Indonesia dimana para tokoh agama digambarkan selalu
menang dalam kondisi apapun. Tetapi transisi penggambaran yang bertolak
belakang dari kebiasaan horor Indonesia ini bukannya tanpa celah. Detail-detail
lain yang berpotensi menghasilkan plot yang hebat tidak digarap dengan baik.
Ketika nenek dan anak pak ustad yang diperankan oleh Dimas Aditya ini mati
secara misterius, kita seakan dipaksa untuk memahami bahwa kejadian ini
diakibatkan oleh kekuatan jahat sosok tak kasat mata.
Namun bagaimana kita
memahaminya? dari urutan kejadian tersebut?. Pesan tersebut terasa dipaksakan
kepada penonton untuk memahaminya. Mungkin bila disekitar kejadian tersebut
dimunculkan sekilas sosok misterius entah dari setannya ataupun organisasi
hitam pemuja iblis yang misterius dan berpakaian serba hitam, adegan tersebut
menjadi tidak terkesan dipaksakan. Untuk adegan kematiannya pak ustad ini
memang sangat penulis sayangkan. Yang disayangkan bukan matinya karakter
tersebut tetapi karena sebelum dia mati bersimbah darah, tak ada perlawanan
sama sekali dari pak ustad. Sungguh disayangkan. Sekuat itukah iblisnya? Atau pak
ustadnya yang tiba-tiba lupa cara baca ayat kursi?. Hanya sutradara dan tuhan
yang tahu.
Anak
titisan iblis yang tak terduga. Film karya Joko Anwar ini menghadirkan plot twist. Dari menit awal hingga
pertengahan film, adegan demi adegan membuat penulis percaya bahwa anak
terakhir akan menjadi tumbal. Pemeran Ian (anak terakhir) yaitu M Adhiyat yang
juga memenangi penghargaan Pendatang Baru Terbaik pada ajang IBOMA, mendapat
teror dari sosok-sosok hantu semenjak kematian sang nenek yang misterius. Namun
ternyata pada pertengahan film hingga akhir, plot berubah. Namun hal ini
memunculkan banyak pertanyakan terhadap sosok Ian. Sebelumnya ia digambarkan
sebagai anak laki-laki yang tuna wicara alias bisu, namun menjelang film menuju
klimaks dia tiba-tiba bisa berbicara lancar ketika ia berbicara dengan para
pasukan mayat hidupnya. Lagi-lagi penonton dipaksa untuk memahami kejadian ini
sebagai akibat dari kekuatan iblis yang dia miliki tanpa menyuguhkan detail
lain mengapa sebelumnya ia tidak bisa berbicara. Semua terasa tiba-tiba. Plot
ketika Ian menjadi titisan anak iblis dengan penampakan organisasi misteriusnya
mengingatkan penulis pada serial film Paranormal
Activity.
Sama-sama menginginkan anak titisan iblis bedanya pada film Paranormal Activity semua pemerannya
mati dibunuh anggota organisasi pemuja setan, sedangkan di film Pengabdi Setan (2017) dengan sangat
beruntungya semua keluarga selamat karena ditolong oleh Budiman dengan
kedatangannya yang tiba-tiba. Selesai, semua selamat. Para hantu mayat hidup
menghilang entah kemana. Patut ditunggu untuk kelanjutan dari film ini. Semoga
saja ada sekuel lanjutan untuk setidaknya menjelaskan beberpa plot-plot yang
rumpang di film pertamanya. Bagi kalian yang belum sempat nonton di bioskop,
bisa juga menggunakan layanan streaming
video berbayar yang tersedia. Dukung terus industri perfilman Indonesia.
Komentar
Posting Komentar